"Sayang, aku bikin lagu untuk kamu"
"Wahhhh.. Buat aku Sam?"
"Yaaa, dengerin yah"
Melihat wajahmu tersenyum
Membuat jantungku berdegup
Karena aku tahu, senyummu adalah hidupku.
Jangan pernah menangis
Karena itu membuat aku sesak
Bagaimana bila aku mati?
Karena sudah ku bilang senyummu adalah hidupku.
Sayang, terima kasih
Membuat ku hidup karena senyummu
Sayang, apalah arti hidup ini?
Jika tak ada senyum di wajahmu.
Aku mencintaimu, menyayangimu
Sepenuh hatiku..
Manis manis manis sekali senyummu itu
Sayang, tetaplah tersenyum karena senyummu adalah hidupku
"Tuhkannn, kan udh di bilang gag boleh nangis, sesak nih dada aku."
"Aku menangis senang tauu.. Bukan sedihhh.. Makasih yah.. Bagus.."
"Huuuu.. Makasih doang? Peluknya don gggg!"
Dan kami menghabiskan malam sebelum jam tidur di bunyikan. Betapa bahagianya aku, segala penat, segala sakit, segala beban terasa sirna ketika Sam memelukku.
Sepanjang jalan pulang dari tempat Sam, aku bertemu seseorang yang sangat familiar. Seperti aku mengenalnya, namun siapa?
"Cinta!!!!!" seru orang itu semangat
"M-a-m-i?"
"Yaaa, mana Sam?"
"Sam.. Mmmmm.. Ada apa mami mencari Sam?"
"Dia anakku, pantaskah kau menanyakan itu?"
"Mak.. Sud.. Cinta, mengapa baru sekarang mami mencarinya?"
"Ya.. Karena mami kangen.. Mana Sam?"
"Dia di tempat rehab mi, mami sudah tau sebelumnya bukan?"
"Ya, semua karena kamu! Coba Sam tidak pacaran dengan kamu! Sam tak akan seperti ini!"
"Haha.. Iyahh, karena aku.. Karena aku mengasihinya.. Udah puas mami? Sudah larut, cinta harus pulang."
"Sebentar, dimana kamu tinggal?"
"Apa penting bagi mami menanyakan di mana tempat tinggal orang yang membuat Sam seperti ini?"
Aku meninggalkan mami begitu saja, sakit memang. Di tuduh seperti itu, tapi aku tahu mami. Mami tidak mau di salahkan, yahh hasilnya aku yang kena tuduh. Dari dulu, mami tak suka dengan aku, karena Sam selalu menghabiskan waktunya denganku. Aku masih bingung, mengapa mami mencarinya? Kenapa baru sekarang?
Keesokan harinya, ketika aku hendak pergi bekerja. Suster memberitahu aku kalau ada seseorang menungguku di luar. Siapa? Siapa yang tahu aku di sini? Dari jauh aku melihat tubuh ramping seorang perempuan, ya.. Kau tahu.. Dia mami..
"Ada apa mami?"
"Sopankah kamu menanyakan ini kepada mertuamu sendiri?"
"Yaa.. To the point ajah mi.. Saya sudah telat bekerja."
Aku membawa mami ke taman sebelah gereja, dan mami mulai berbicara, yang intinya mami menyuruhku menjauh dari Sam, dengan iming-iming akan membayar semua biaya tagihan-tagihan rehab. Mami tahu, kalau hidupku susah, untung saja aku di terima untuk tinggal di gereja. Aku menolak, jelas aku menolak. Aku masih bisa mencari uang untuk biaya Sam, aku tak akan membiarkan orang yang aku kasihi menderita lagi, walaupun dengan orangtua kandungnya sendiri.
Namun, tak semudah itu. Ketika aku ingin menemui Sam dan ingin membayar sebagian tagihan rehab. Aku mengalami kecelakaan. Aku menjadi korban tabrak lari, ya. Sempat aku gag sadarkan diri, untung ada orang sekitarku yang membawa aku ke rumah sakit. Uangku habis, dan aku mempunyai utang yang cukup besar kepada rumah sakit. Karena kecelakaan itu, ada masalah di kakiku, dan aku di haruskan operasi kecil. Dan walaupun itu operasi kecil, bagiku tetap biaya yang besar.
Aku bingung, aku harus membayar tagih-tagihan tempat Sam. Tapi aku masih harus istirahat, dan belum bisa berjalan. Jika tagihan itu tidak di bayar, Sam terancam di keluarkan. Sedangkan aku tahu, Sam belum begitu sembuh total. Bagaimana bila akhirnya dia kembali menjadi pecandu? Aku menghubungi kak Gladish, namun ternyata kakak dan mas Bram sedang pergi honeymoon keluar negri. Aku ingin meminta bantuan pada pihak gereja, namun mereka sudah membantu meringankan biaya selama aku di rumah sakit.
Ini, adalah surat panggilan ke 5. Dan aku masih belum bisa berjalan jauh. Aku pasrah, dan tiba-tiba melihat kartu nama mami. Aku berdoa kepada Tuhan, yaa Tuhan.. Haruskah aku menyerahkan Sam kepada mami?? Akhirnya, dengan berat hati aku menghubungi mami, dan semuanya mulai berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar