Senin, 08 Agustus 2011

True love #Part 3

Pagi ini kakakku datang berkunjung, ke kontrakan kecilku. Ya, terakhir kami bertemu aku memberikan alamat tempat aku dan Sam tinggal. Aku malu, sangat malu. Kakakku datang di saat yang tidak tepat, tak ada makanan yang dapat aku suguhkan hanya air putih yang baru matang dan masih berada di atas kompor. Itupun masih panas. Kakakku tahu, bahwa kondisiku sekarang kurang baik. Beliau mengajakku keluar mencari makan sebentar.

Kakakku Gladish, dia satu-satunya orang yang mengerti aku, dari aku masih kecil sampai sekarang, hanya kakakkulah yang mengerti mengapa sampai sekarang aku masih mempertahankan Sam. Kakakku adalah sarjana lulusan Psikologi. Dahulu, aku pernah bilang kepada kakak kalau aku ingin menjadi orang pertama yang konsultasi kepada kakak. Namun, sejak kejadian Ayahku mengusirku, aku tak berani untuk menunjukan batang hidungku, sampai kakak menikah dengan mas Bram, pujaan hatinya. Aku menceritakan semuanya kepada kakak, setelah kakak menanyakan mengapa pipiku agak memar. Kakak menangis, setelah aku menceritakan semuanya. Kakakku seperti merasakan setiap kejadian-kejadian yang telah aku alami. Aku sedih, ketika aku menanyakan kabar kedua orangtuaku. Bundaku, wanita yang paling aku kasihi terkena struk karena bunda tak siap kehilangan aku, karena bunda selalu memikirkan dan mencari aku, semua karena aku.
"Cin, sebaiknya kamu bawa Sam ke tempat rehabilitasi. Kakak khawatir dengan kondisi kalian."
"Tapi kak, tempat itu mahal. Darimana, aku bisa mendapatkan uang."
"Teman kakak ada yang membuka tempat rehabilitasi, mungkin bisa meringankan biaya Sam, dan seandainya kamu butuh bantuan kakak, kakak siap yah cin."
Aku terdiam, Aku tahu, semurah-murahnya tempat rehabilitasi. Aku tetap takan mampu untuk membayarnya. Terlalu mahal, dan tidak hanya 1hari ato 2hari saja namun bisa 1tahun bahkan bertahun-tahun. apalagi, melihat kondisi Sam yang begitu memperhatinkan.

Sampai suatu ketika, setelah aku pulang dari pekerjaan baruku yang adalah pencuci mobil. Aku mendapatkan tubuh Sam tergeletak di lantai dengan pisau di tangannya, dan darahnya bercucuran. Aku panik, lekas membawanya ke puskesmas dekat kontrakanku. Untung aku membuat kartu puskesmas, yang bisa aku pakai kapan ajah untuk berobat gratis di sana. Aku gag kuat, kalau harus melihat hidup Sam yang selalu menderita. Aku memutuskan, untuk memasukan dia ke tempat rehabilitasi teman kakakku. Awalnya Sam meronta, Sam seperti anak kecil yang memelas dan memohon kepadaku untuk tidak meninggalkannya di sana sendirian. Tapi, apa dayaku? Semua ku lakukan, hanya untuk Sam.

Karena, aku benar-benar tidak mempunyai uang. Saat pemilik Kontrakan menagih uang yang telah lama aku tunggak, akhirnya pun tak aku perpanjang dan aku memilih untuk pergi dan membawa sedikit barang-barang yang layak aku bawa. Aku mencari tempat tinggal, dan sampai pada suatu malam aku terpaksa tidur di emperan toko dengan kardus-kardus yang tergeletak di sana. Aku pikir ini hanya ada di film-film yang biasa aku tonton, yang biasa menggambarkan kehidupan seseorang yang hidup dalam kemiskinan. Ternyata ini kenyataan, banyak mereka yang tidur di sana, aku gag sendiri. Malam itu, Aku gag bisa tidur. Karena aku memikirkan keadaan Sam di rehab. Tiba-tiba seorang pria mendekatiku, dan bertanya harga satu malam tidur denganku berapa. Aku takut, aku trauma dengan kejadian majikanku memperkosaku dengan kasar. Aku berlari, berlari sekuat tenaga, awalnya pria itu mengejarku, namun akhirnya dia berhenti dan membiarkan aku pergi. Aku terus berlari, sampai aku mendapati sebuah bangunan gereja khatolik tua. Aku masuk, dan aku tertidur di sana.

Ketika pagi menjelang, aku tahu kehidupanku baru saja aku mulai. Aku mendapatkan seorang biarawati yang tersenyum melihatku membuka mata. Aku gag tahu, sejak kapan dia menungguku di sini.
"Ehhh, suster.. Maaf sus.. Saya tertidur di sini. saya akan segera keluar."
"Tidak apa-apa, kamu tunggulah di sini. Di mana kamu tinggal?" Tanya suster dengan lemah lembut.
"Sayaaa.. Emmm.. Saya tidak mempunyai tempat tinggal" tak terasa airmataku mengalir di pipiku.
"Ohh, begitu.. Okelah.. Romo ingin menemui kamu. Kamu masuk saja ke tempat itu." Menujukan suatu ruangan yang berada di sudut ruangan gereja terebut.
"Baik, suster."
Entah apa, yang hendak Romo bicarakan kepadaku.

Aku memasuki ruangan yang di tunjukan oleh suster tadi, aku tertegun sejenak mendapatkan barang-barang antik yang mengingatkan aku kepada Ayahku yang mengoleksi berbagai barang-barang antik di rumahku, ada perasaan pahit ketika aku mengingatnya. Setelah aku masuk, aku mendapati seorang pria tua dengan rambut yang hampir semua putih dan mengenakan kacamata baca tersenyum ke arahku. Awalnya aku sungkan untuk bercerita semua masalahku, namun Tuhan mendorongku untuk bercerita secara perlahan-lahan. Aku menangis, ketika menceritakan semuanya. Dan tiba-tiba aku teringat Sam, aku harus rutin membayar uang tempat di mana Sam di rawat.
"Romo, apa aku boleh tinggal di sini? Aku tidak mempunyai tempat tinggal, masih banyak hal yang harus aku kerjakan untuk membayar semua tagihan-tagihan suamiku."
"Baik, kamu bisa tinggal di kamar para suster, tidak keberatan bukan?"
"Tentu saja tidak. Aku benar-benar berterima kasih, Romo"

Mulai hari ini, aku menjadi salah satu bagian keluarga gereja ini. Aku rajin berdoa, aku membantu para suster membuat makanan dan setelah itu aku mencari pekerjaan. Aku mendapat pekerjaan baru, yaitu menjadi buruh pabrik. Lumayan, gajiku cukup untuk membayar tagih-tagihan rehab Sam tinggal.

Aku kangen sekali kepada Sam, aku berniat menjenguknya. Dan dia pun menyambutku dengan pelukan hangatnya, dia menangis, dia mengeluh, karena tidak ada aku di sampingnya. Aku menyuapkan makanan yang tadi aku belikan khusus untuk Sam. Aku bercerita, tentang kehidupan di gereja. Aku tahu, sedikit membuat Sam terhibur, ketika hari sudah mulai gelap aku menciumnya dan mengucapkan selamat tinggal. Awalnya, dia menggengamku dengan kuat. Namun, aku berjanji untuk sering menjenguknya dan membawakan gitar untuk bisa dia mainkan di sini. Akhirnyapun dia mengerti, dan membiarkan aku pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar