Senin, 08 Agustus 2011

Everything is all about you #Part 2

seiring jalannya waktu.. aku semakin lupa tentang semua masa laluku.. semua tentang Bandung.. semua tentang Sam.. semenjak aku di Jakarta, aku selalu di sibukan dengan buku-buku-buku dan buku.. maklum, aku selalu di andalkan mewakili sekolah untuk berlomba ke sana ke mari..

"puuuuuuuuu.. cupuuuuu.." teriak Rio
"ya?" aku sama sekali tak tertarik dengan teriakan Rio barusan
"koqqq.. cuma bales ya? bales sayang donggggg" seperti biasanya tangan Rio merangkulku layaknya orang pacaran
"yaaa.. sayang.. jangan manggil cupu kali" entah kenapa aku begitu bodoh, dengan mudahnya aku mengikuti semua permainan Rio
"kamu cantik sekali Sha hari ini, pasti ga lupakan bekal hari ini?" sambil mencubiti pipiku
"kamu datang kemari hanya untuk menanyakan bekal ini?"
"gaa dong, kan mau ketemu kamu. aku kangen, oh yahh. aku lapar, mana dong bekalnya?"
"iyah, iyah ini.. mama bungkusin om.."
"ohhh, wahhhhh.. enak sekali.. aku makan di kantin yah sayang, nanti keburu masuk. dah sayang."
"prenggg" jawabku lemah, belum juga aku melanjutkan kata-kataku Rio sudah pergi meninggalkanku. banyak orang bilang kalau aku ini bodoh, bisa mau sama cowok macam Rio, yang katanya hanya ingin memanfaatkan aku saja. memanfaatkan otakku, bekal istirahatku, dan lain-lainnya. tapi, yah sudahlah, selagi dia belum kurang ajar kepadaku. kenapa enggak punya pacar seperti dia??

lagi-lagi hari ini aku pulang dengan membawa setumpuk buku-buku yang harus aku pelajari, rencananya sekolahku akan mengadakan lomba cerdas cermat, nahhhhhhhh.. aku inilah tumbalnya.. aku harus kerja extra supaya aku tidak mengecewakan guru-guru yang sudah baik memberikan bimbingan sepanjang hayatku.. teganya teganya..teganya teganyaaaaaaaaaaaaaa.. andai Rio menemaniku hari ini, boleh di bilang aku mulai termakan dengan gombalan-gombalan maut yang Rio sering ucapkan, tapi aku rasa Rio mengucapkan itu hanya untuk bahan tertawaan anak satu kelas saja..

waktu itu, berjalan cepat sekali.. tepat pada hari ulang tahunku, tidak ada yang mengucapkan selamat padaku di sekolah.. dan saat itu ketika bel usai sekolah berdering, tiba-tiba Rio menghampiriku. dan mengucapkan selamat ulang tahun. dan dari situlah Rio memanggilku dengan sebutan cupu sayang, konyol bukan? tidak ada moment tembak menembak, tidakada bunga, tidak ada coklat atau boneka, hanya dengan ucapan simpel "selamat ulang tahun, sha" tapi ya sudahlah, mungkin memang Rio malu mengutarakan itu semua. aku hanya memaklumi saja.

sempat aku ingin menanyakan, hal ini kepada Rio. cuma aku belum siap kalau-kalau Rio hanya mengerjaiku saja. dan mungkin aku juga malu kalau-kalau dia benar-benar menyukaiku. ya sudahlah, mungkin nanti semua akan terkuak seiring jalannya waktu..lebih baik, aku fokus dengan buku-buku di depanku..

lama aku memandangi materi-materi yang ada di buku-buku itu, dan aku kembali teringat tentang isu murid baru yang tadi pagi menggemparkan satu sekolahku, siapa yah kira-kira cowok itu? kenapa jadi pusat perhatian banyak orang seperti tadi? berbeda, seperti waktu aku datang dulu.. hmmmmmmmmm..ya sudahlah, repot-repot amat..

Everything is all about you #Part 1

Dear diary..
Aq sedih, aq sekeluarga pindah ke Jakarta.. Papa pindah tugas di sana, padahal aq udah bilang kalo aq mau tungguin Owen pulang.. Tapi mereka gag ngerti.. Dan terus paksa aq untuk ikut mereka ke Jakarta.. Sekolah baru, teman baru, suasana baru.. Aq gag suka Jakarta, penuh polusi, macet, banyak banget penduduknya, dan gag ada temen yang asik.. Gag kayak Bandung ry.. :'( aq kangen Bandung.. Aq kangen Owen..

Dy gag bakalan bisa kirim surat lagi ke rumahku, aq gag sempet kasih tau Owen kalo aq pindah ke Jakarta.. :'( semoga bulan dan bintang mempersatukan kami..

"Shaaaaaa.. Cepet dong, mama udah laper nih.. " Teriak mama dari lantai bawah.
"Iyah ma.. Bentar.." Keasikan nulis diary, aku sampai lupa makan malam.

Udah dulu yah ry, mama udah teriak-teriak nanti aq kena omel lagi.. ==a see u tomorrow.. :*

"Ya, ampun sha.. Kamu ngapain sih? Lama banget baru turun?" Omel mama.
"Keasikan nulis diary ma."
"Lama-lama diarynya mama bakar yah sha, kalo tiap malem begini terus." Ancam mama.
"Udahhh.. Udahh.. Kalian ini, papa udah laper ini, ayo makan." Papa emang super hero lah buat aku, menolong aku dari ocehan maut mama.

"Ohh, ya shaa.. Gimana sama sekolah barumu? Enak?" Tanya papa memecah kesunyian di meja makan.
"Ahhh.. Papa tau jawaban aku kan?"
"Apa? Lebih enak Bandung?"
"Shaa.. Kamu tuh harus biasain tinggal di Jakarta, masa kamu mau temenan sama anak kampung terus?" Sambung mama.
"Mereka bukan anak kampung mama!" Protesku keras.
"Udah.. Udaah.. Ini meja makan, masa kalian berantem." Tengah papa.
"Tau tuh mama, aku jadi gag selera makan, aku naik duluan pa ma, nite."
"Shaaa.." Panggil papa.
Tapi aku cuekin, aku kesel sama mama. Kenapa masih ajah ngatain temen-temen aku itu anak kampung?? Padahal, mereka baik-baik. Gag seperti di sini. Apan, aku baru masuk tadi pagi, dan mereka mengacuhkan aku seakan aku ini tidak ada. Aku bersekolah di SMP Citra, bukannya aku di sambut dengan baik, namun mereka malah memanggil aku si cupu.

Everything is all about you #Prolog

"Kamu mau kemana?"
"Aku gag tahu, kata mama ke daerah yang jauh dari sini"
"Jangan tinggalin aku!!!"
"....."
"Kamu jahat, nanti aku main sama siapa? Siapa yang lawan anak-anak itu kalau mereka godain aku lagi (hiks)" terdengar isakan tangis.
"Maaf... Tapi aku janji, kalau aku besar nanti aku akan kembali, dan kita main lagi yah?"
"Owenn.. Ayuk, bentar lagi kita berangkat." Teriak mama Owen dari sebrang sana.
"Iyaaaa, maaaa.. 5menit." Balas Owen
"Aku cuma punya waktu 5menit. Aku inget kata-kata papa yang sering papa kasih ke aku kalo everything's gonna be alright, Sha. Kamu harus bisa lawan mereka yah? Harus kuat, kaya ultraman!! Ciattt.. Ciatt.. Dan tunggu aku pulang yah?"
"(Hiks) iyahhh.."
"Janji??" Owen mengeluarkan kelingkingnya.
"Janji.." Balas Sasha.
"Demi persahabatan kita, biar bintang dan bulan yang jadi saksinya."
"Kamu bintang, aku bulan."
Dan kedua anak itu tertawa, sambil menutupi kepedihan hati mereka.
"Aku pergi, yahhh.." Pamit Owen
"Tunggu.. Ini bawa topi aku, supaya kamu inget aku terus."
"Yayaya, ini sweeter aku pake yah? Supaya gag kedinginan."
Dan mereka saling berpelukan dan melambaikan tangan..

True love #Part 6 akhir

"Apapun yang terjadi, ku kan slalu ada untukmu.. Janganlah kau bersedih coz everything gonna be okay.."

Pagi ini ada sebuket bunga di depan rumahku. Ya rumahku, setelah kejadian Bundaku meninggal. Aku tinggal bersama Ayah kembali. Sedih sih, meninggalkan gereja, tapi ya mau bagaimana lagi. Ayahku memohon kepadaku.. namun.. Aku masih tetap bekerja di sekolah B jadi aku masih sempat untuk singgah sebentar di gereja.
"Mbak Roro.. Ini bunga dari siapa, Mbak tahu ga?"
"Ga, dek Cinta. Mbak ga tahu, saya ajah tahu itu bunga ada di depan dari adek Cinta sendiri."
"Ohh gitu, ya sudahlah. Bilang Ayah nanti, Cinta sudah pergi yah? Gag enak banguninnya."
"Okayy"
Lily.. Siapa yang tahu aku suka sekali dengan lily? Hmmmm.. Aneh.. Ehemm, ternyata ada kartu di dalamnya.. Tak sabar aku membukanya, siapa tahu.. Salah alamat..
"Melihat senyummu, membangkitkan semangatku"
Hanya untaian kata, sederhana sekali.. Tapi, berhasil membuatku tersenyum.. Ada-ada saja pikirku..


"Berdiri, beri salam.."
"Selamat pagi ibu guru, cantikkkkk"
"Selamat pagi anak-anak, udah pada sarapan kn??"
"Udahh ibu guru"
Setelah aku mengajar beberapa prakarya untuk para muridku, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kelasku..
"Maaf ibu Cinta, saya hanya mengantar ini" suara yang tak asing bagiku, pesuruh sekolah ini. Yang tinggal di dalam gereja.
"Ohh, udin.. Bunga lily?? Kau tahu ini dari siapa?"
"Tidak ibu, tadi ada tukang bunga. Yang mengantarkan, dan mengatakan ini untuk ibu"
"Hmmmmm, oke kalau begitu udin. Terima kasih yah? "
"Sama-sama ibu."
Hmmmm, aku terdiam cukup lama memandangi kepergian udin dan bunga di tanganku.. Siapa yang jail, mengerjaiku?? Ckckcck lagi-lagi hanya ada sederet kalimat di kartu itu.
"Duhai kasihku, kau cantik sekali hari ini"


"Ciee, ibu Cinta.. Dapet bunga lagi tuh.." Seru salah satu guru di kantorku, sambil menunjuk meja kerjaku.
"Ibu tau, ini dari siapa?" Tanyaku penasaran.. Jelas, ini kali ke3 aku dapet bunga.
"Tidak tahu bu, sebelum saya disini, bunga itu sudah ada."
"Ohh, begitu toh bu.. Okayy lahh.."
Dan lagi-lagi hanya sebaris kalimat..
"Bening, seperti setetes embun pagi."

"Wah, Ibu Cinta, cantik sekali hari ini. Persis bunga lily yang ibu pegang."
Sontak aku terkejut, tiba-tiba pak Akbar berbicara seperti itu. Persis, seperti untaian kata yang ada di dalam bunga itu.
"Hmmm, bapak tahu bunga ini dari siapa? Sepertinya saya di kerjai." Aku curiga, kalau pak Akbar yang melakukan semuanya. Wajar, sudah lama dia mengejar-ngejar aku.
"Wahhh.. Pastinya, orang itu ad di sekitar sini, ibu Cinta. Sudah bel, saya harus mengajar, nanti siang saya antar pulang yah ibu?"
"Ohh, maaf.. Saya ada urusan sebentar di luar sebelum pulang ke rumah."
"Sayang sekali, tapi tak apa. Masih ada kesempatan di lain hari. Selamat mengajar."
"Iyah, pak."
Fiuhh.. Lega rasanya, pak Akbar itu cukup menarik, baik hati, dan sayang sekali kepada murid-murid. Tapi, entah mengapa aku tak nyaman berdekatan dengannya. Aku masih berpikir, dan curiga. Jangan-jangan ini ulahnya, aku binggung. Apa aku harus belajar melupakan Sam, dan mencoba mencintai pak Akbar?? Entahlahh...

"Permisi, paket pos.."
"Iyah, pos? Dari mana yah pak?" Kebetulan tukang pos datang, saat aku sudah memasuki pekarang rumah.
"Ini, dari Jakarta bu. Untuk ibu Cinta." Jawab pak Pos ramah.
"Ohh, saya sendiri. Mari saya tanda tangan."
"Oke bu, terima kasih."
Aku mengetuk-ngetuk dan mengoyang-goyangkan kotak itu. Cukup besar, namun aku semakin penasaran apa isinya, dan aku buru-buru masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa, lalu membukanya pelan-pelan.
Gaun merah? Ehemmm.. Dan secarik kertas.
" Embun yang terperngkap dalam lembutnya daun dan selalu tersimpan dalam sejuknya jiwa." (I hope u come tonight, jl. Kebayoran lama no. 88, restaurant Lily meja 8. Jam 7p.m. See u there."
What?? Apa maksud semuanya? Nanti malam? Sedangkan sekarang sudah pukul 5.30. Aku bergegas, mandi. Aku penasaran, yahh.. Sangat penasaran. Ingin rasanya, aku hajar, jika orang itu orang yang berniat mengerjaiku.

"Kamu mau kemana Cinta, koq rapi sekali??" Tanya ayah.
"Cinta, mau makan malam yah. Panjang ceritanya, cinta udah cantik belum?"
"Sudah.. Sudah.. Cantik sekali, persis bundamu dulu waktu masih muda."
"Ahhh, ayah.. Udah ahh, jangan bikin cinta sedih. Cinta pergi dulu ya, ayah." Sontak aku mencium pipi ayah.
"Heiii, heii, Cinta.. Jemputannya udah ada di depan yah? Jangan bawa mobil." Teriak ayah
Apa?? Jemputan?? Gag salah?? Dan benar, setelah aku membuka pintu gerbang depan, aku mendapatkan mobil BMW merah, yang serasi sekali dengan gaunku malam ini. Aku duduk dalam diam, dan sepertinya supir mobil ini juga tak berniat membuka pembicaraan. Sampai, akhirnya mobil berhenti di sebuah restauran mewah. jl. Kebayoran lama no. 88, restaurant Lily meja 8. Meja 8. Aku mencoba mengingatnya. Okehh, 8. Kenapa serba 8 yh? Kebetulan sekali karena aku menyukai angka 8. Aku di sambut, dengan ramah oleh para pelayan di sana, dan menujukan meja 8. Dan aku mendengar suara seseorang di atas panggung.
"Melihat senyummu, membangkitkan semangatku.."
Jantungku terasa berhenti, ini seperti kalimat yang ada di bunga lily tadi pagi, dan aku mencoba berdiri dan mencoba melihatnya, namun nihil. Sama sekali tak terlihat.
" Duhai kasihku, kau cantik sekali hari ini.. Bening, seperti tetesan embun pagi."
Aku kembali duduk, dan mencoba menikmati nyanyian yang merdu itu, dan aku teringat akan sesuatu.
"Embun pagi, yang terperangkap dalam lembutnya daun dan selalu tersimpan dalam sejuknya jiwa."
Aku ingat.. Diaaaaa.. Dan, entah mengapa aku teringat tentang dia, suara itu. Dan airmataku menetes ketika orang itu berbicara.
"Sayang, happy anniversary yang ke 8th yah." Dan entah kenapa, kakiku hanya berlari, mendekati panggung.
Dannnn.....
Benar.. Suara itu suara..
SAM!!!!
dan, aku tak bisa mengungkapkan kata-kata. Aku berlari memeluknya, dan sontak semua orang bertepuk tangan. Aku melihat Ayah, aku melihat mami, papi, aku melihat mbak gladish dan teman-teman SMA ku datang, dan bahkan keluarga di gerejaku juga.
"I miss u, n I'll never let u go again."
"Promise?" Hanya itu yang bisa aku keluarkan.
"Yeahhh, of course."

Dan kami, menghabiskan malam dengan bersenang-senang. Dan kami (aku dan Sam) tahu, kalau ini waktu yang tepat untuk memulai semuanya dari awal.

TAMAT

True love #Part 6 awal

Namaku sam, aku murid SMA di sekolah A. Aku salah satu pria yang menjadi incaran para gadis, namun mataku tertuju kepada seorang gadis manis, periang, dan cantik. Gadis itu bernama Cinta. Aku tidak tahu, sejak kapan aku mulai memperhatikan gerak-geriknya, yang aku tahu perasaan ini sudah cukup lama, dan hatiku selalu damai ketika melihatnya tersenyum. Apakah ini cinta? Tidak sedikit wanita cantik di sekolahku, dari seorang model, artis, dan bahkan anak-anak penjabatpun sekolah di sini. Namun, tetap.. Mataku tertuju pada senyum gadis itu.

Entah bagaimana caranya, aku pun tak tahu. Bagaimana bisa sekarang aku mempunyai status dengan Cinta? Sampai sekarang pun, aku masih tidak habis pikir, kenapa Cinta menerima cintaku. Semakin hari, semakin aku mengenal Cinta. Dan aku tahu, aku menemukan seseorang yang selama ini aku cari. Buktinya, dia selalu ada ketika orangtuaku tak ada di sampingku, buktinya dia selalu ada ketika aku membutuhkannya, buktinya dia tidak pergi meninggalkanku ketika aku terjebak dalam dosa oba-obat jahanam itu.

Aku sedih, aku menyesal, dan untuk pertama kalinya aku menangis. Bukan, bukan karena orangtuaku bercerai,namun karena Cinta menangis. Ya, aku telah mengambil harta yang paling berharga darinya, keperawanannya. Walaupun aku tahu Cinta mencintaiku, namun aku selalu menghargainya. Tapi, semuanya sirna begitu saja, hanya karena 1butir obat jahanam itu. Aku benar-benar terpukul saat Cinta memberitahuku bahwa dirinya hamil, ya hamil anakku. Siapa lagi bapak bagi anak yang Cinta kandung, kalau bukan aku? Aku bingung, aku sedih, jujur aku takut. Takut, jika Cinta tak ada di sisiku lagi. Dan akhirnya, aku menikahi Cinta, tanpa restu kedua orangtua kami, karena mereka mengusir kami.

Kami hidup dengan sisa uang di tabungan ku dan Cinta. Namun, sial.. Aku sudah terlanjur, menjadi seorang pecandu. Sudah terlambat untukku keluar dari semua jeratan obat-obatan jahanam itu. Hal ini di buktikan dengan kejadian dulu, sempat Cinta tidak membelikan aku obat itu, dengan alasan uang kami hampir habis. Awalnya, aku hanya tersenyum dan menganggap semua akan baik-baik saja. Namun, kenyataannya.. Tubuhku meriang, tubuhku seperti tanda-tanda sakaw yang dulu guruku ajarkan di sekolah. Karena aku tidak kuat menahan semuanya, Cinta aku pukuli karena dia tega tidak membelikan barang sebijipun obat itu. Aku kacau, aku benar-benar kacau. Dan, saat aku mulai sadar, aku menyesal telah memukul Cinta dan membuatnya menangis. Kebiasaan ini, selalu terjadi bila sakawku kumat. Dan, ingin hasratku menahan untuk tidak memukul Cinta, namun sia-sia. Aku tak bisa menahannya. Aku takut, bila nanti Cinta tidak kuat, dan meninggalkanku.

Tidak, tidak bagi Cinta. Kau tahu? Cinta sama sekali tidak mengeluh, Cinta tak pernah mengucapkan hal-hal yang aku takutkan. Cinta tidak meninggalkanku, setiap kali aku memukulinya, dia selalu tersenyum kearahku, dan memeluku dengan penuh kasih sambil menyanyikan lagu yang menenangkan jiwa.
"tenanglah tenang, aku di sisimu selalu ada menjagamu...... Tenang yah sayang, everything is gonna be okay."
Dan aku selalu seperti anak kecil, yang selalu tertidur di pangkuan ibunya ketika ibunya mengelus-elus kepala anaknya dan menyanyikan lagu nina bobo.

Hal yang paling mengenaskan dalam hidupku adalah, melihat dengan mata kepalaku sendiri calon anakku meninggal, dan meninggal karena ulahku. Yaaa, ulahku.. Karena, aku terlalu keras memukul Cinta. Dan, dengan tanganku sendiri, aku mengubur calon anakku di belakang kontrakan dimana aku tinggal, aku melihat istriku duduk lemas di lantai, sambil menyaksikan calon anaknya aku kubur di dalam tanah. Aku tahu, aku tahu Cinta terpukul, aku tahu Cinta menjerit dalam hati. Aku benar-benar menyesal. Dan, aku bertekad untuk berhenti memakai obat-obatan itu lagi.

----------------------------------

Hari ini, untuk pertama kalinya Cinta marah kepadaku. Yaa, karena aku mencuri uang hasil kerjanya untuk membeli obat-obatan itu lagi. Aku panik, lagi-lagi aku takut bila Cinta mengucapkan kata-kata yang tidak ingin aku dengar. Namun, tidak.. Cinta lagi-lagi tak melakukan itu. Cinta hanya marah, dan di akhiri oleh tangisan. Aku sedih, lebih baik aku di pukul, aku di tendang, aku di tampar, daripada harus melihat Cinta menangis lagi.

Hal yang aku takutkan akhirnya datang, Cinta memasukan aku ke rehabilitasi, aku gag tahu. Apakah ia membenciku, makanya dia memasukan aku ke tempat keramat itu? Apakah dia sudah tidak kuat hidup dengan aku? Aku tidak tahu. Aku hanya menatapnya, dan memohon agar dia tidak meninggalkan aku sendirian di tempat itu. Namun, Cinta mengacuhkan aku. Awalnya aku sedih..
"Kamu udah gag sayang yah sama aku?"
"Sayang.. Aku masih saayang.."
"Tapi kenapa?? Kamu koq tega sih?"
"Aku gag sanggup jika lihat kamu menderita terus Sam, aku ingin kamu seperti dulu, yang belum menjadi seorang pecandu. Aku harap kamu ngerti" Cinta memeluku, dan menciumku, dan lagi-lagi dia berkata "everything is gonna be okay." Aku menjalani hidup di rehab sekarang-karang ini, kau tahu? Aku merasakan kesepian, aku sedih dan merasa hampa ketika aku tahu Cinta tak ada di ranjangku. Aku selalu menantikan malam, karena Cinta selalu menjengukku disini, di saat jam-jam pulang pabrik. Dia bercerita tentang para biarawati, tentang anak-anak kecil yang selalu mengajaknya main, ya.. Dari dulu memang Cinta menyukai anak-anak kecil, dan dia sering bercerita tentang rekan-rekan kerjanya. Aku senang walau sempat hanya 15menit dia menjengukku, karena dia harus pulang karena Romo sedang sakit, dan dia ingin merawatnya.

-------------------------------

Aku menanti-nantikan Cinta datang, namun sudah semalaman ini dia tidak menunjukan batang hidungnya. Kemana dia? Apakah dia sakit? Aku tetap menunggu, berharap dia datang. Walau aku tahu, itu mustahil, karena jam tidur sudah di bunyikan. 1bulan, 2 bulan, dan berbulan-bulan Cinta tak pernah datang lagi menjenggukku, melainkan sekarang mami yang sering membawakan makanan-makanan mewah untukku. Entahhh.. Apa yang sedang terjadi kepada Cinta? Apakah dia sudah tidak mencintaiku? Apakah dia menemukan pria yang lebih baik dari aku? Entahlahh.. Aku tetap tidak mengerti, dan setiap malam aku selalu menantikan kehadirannya untuk memamerkan lagu-lagu yang sudah menumpuk yang sengaja aku buat untuknya.

True love #Part 5

Hari demi hari, waktu demi waktu. Aku tak pernah tahu kabar Sam. Haha. Aku tahu, pasti Sam sangat kecewa, karena menganggap aku sudah melupakannya.

Semenjak kecelakaan itu, aku berhenti bekerja di pabrik. Aku melamar menjadi seorang guru kesenian di SD B, yang pendirinya adalah gereja di mana aku tinggal sekarang. Ketika aku mengajar lagu "bunda" yang penyanyinya adalah melly guslow, aku jadi teringat bundaku. Bagaimana yah kabar bunda?

Aku menelpon kakak, menanyakan keadaan bunda. Kakak mengatakan bahwa bunda tetap seperti dulu, duduk tak berdaya di kursi rodanya. Aku menangis, dan ingin bertemu bunda.

Sore itu, tepatnya di taman. Aku melihat seorang wanita paruh baya duduk di kursi rodanya, ya kau tau. Dia bundaku. Kakak sengaja, membawa bunda ke sana. Aku menghampiri bunda. Aku tahu, bunda sangat kaget, karena matanya membesar. Aku tak kuat menahan airmata.
"Bunnn.. Bunda masih inget cinta kan?"
"Bunnn.. Maafin cinta yahh.. Bunda jadi begini."
"Bunnn.. Gimana kabar bunda? Udah hampir 4tahun kita gag ketemu. Apa bunda baik-baik ajah?"
"Bunnn.. Koq cinta jadi sedih yah? Koq cinta jadi cengeng gini sih bun?"
"Bundaaa.. Koq bunda gag hapus airmata cinta sih? Kan cinta nangis" aku meraih tangan bunda, dan membantu bunda menghapus airmataku. Lalu aku memeluk dan mencium bunda.
"Bunda, bunda tau gag sih cinta kangen? Bunda gag salah didik cinta, buktinya cinta kuat kan?"
"Bunnnn.. Jangan nyalahin Sam yah. Sam gag salah, Sam keq gitu karena kurang kasih sayang makanya Sam memberontak. Sekarang Sam masih di rehabilitasi bun. Tapi cinta udah gag tau kabarnya."
"Bunn, dulu bunda sama ayah begini gag? Pasti so sweet yah bun? Cinta juga, cinta di buatin lagu bun sama Sam banyak banget, bunda tau kan suara Sam itu bagus banget, cinta bahagia hidup sama Sam bun"
"Bunnnn, ternyata dunia itu jahat yah? Bunda tau gag? Kalo cinta pernah di perkosa sama majikan dimana tempat cinta kerja, iyahh.. Bunda tau gag? Kalo cinta udah 2kali ke guguran."
"Bunnn, kenapa yahh.. Koq cinta bisa kuat, kenapa yah koq cinta gag bunuh diri ajah? Apa karena cinta sayang banget sama Sam?"
"Tapi sekarang Sam udah bahagia mungkin sama maminya. Semoga bahagia yah bun. Cinta di larang buat ketemu Sam lagi bun. Sedih banget deh bun, apa dulu bunda sama ayah kisah cintanya begini yah bun?"
"Haha.. Udah ahh, cinta jadi cengeng, cinta sekarang jadi guru kesenian bun di SD B. Tau gag bun? Ada guru cowo yang naksir sama cinta. Haha.. Ganteng sih bun, tapi kenapa yah. Cinta selalu kepikiran Sam?"
Tiba" kak Gladish dateng.
"Bunn, udah mau gelap nih.. Bunda pulang yah? Bunda bilangin ayah yah? Jangan marah lagi sama cinta dan Sam. Okayy?? Daghh bunda.. Cinta sayang bunda. Bunda harus sembuh yah?"
Aku pergi sambil menciumi tangan dan kening bunda. Aku gag tahan jika melihat bunda seperti ini.

Aku menjalani hidupku, aku kuat karena aku harus berjuang bagi mereka yang mengasihi aku. aku kangen sama sam, udah 2tahun gag ketemu dia. apa dia sudah keluar dari rehab? Apa hidupnya bahagia? Tiba-tiba hp ku berbunyi.
"Halo?"
"Cinnnn.. Bunda cin.."
"Kenapa kak?"
"Bundaa.. (Hiks) meninggal"
"Apa!?!?"
"Kamu sabar yahh, kamu ke rumah yah, jangan peduliin ayah."
"Iya kak"

Aku terkejut, aku menangis, aku kecewa, aku benar-benar terpukul. Mengapa Tuhan, selalu mempersulit keadaanku? Baru kemarin aku cerita bersama bunda.

Setelah pemakaman bunda usai, ayah tiba-tiba menghampiriku. Aku sudah menyiapkan diri, untuk mendapatkan hinaan dari ayah. Namun, tak ku sangka ayah memeluku. Dan menciumi kepalaku.
"Nakkk.. Ayahh kangen, kenapa baru pulang sekarang?"
"Yahhhh.. Maaf"
"Stttt.. Sebelum bunda pergi bunda menulis surat ini untuk ayah, lihat, seberapa kerasnya bundamu mencoba menulis cerita ini, dia menceritakan kehidupanmu yang sangat keras. Maafin ayah yah cin, gag bisa jadi ayah yang baik."
"Ayahhh.. Huhuhuhu.. Cinta sayang ayahh"
"Jangan pergi lagi yah cin?"
"Iyah ayah."

True love #Part 4

"Sayang, aku bikin lagu untuk kamu"
"Wahhhh.. Buat aku Sam?"
"Yaaa, dengerin yah"

Melihat wajahmu tersenyum
Membuat jantungku berdegup
Karena aku tahu, senyummu adalah hidupku.

Jangan pernah menangis
Karena itu membuat aku sesak
Bagaimana bila aku mati?
Karena sudah ku bilang senyummu adalah hidupku.

Sayang, terima kasih
Membuat ku hidup karena senyummu
Sayang, apalah arti hidup ini?
Jika tak ada senyum di wajahmu.

Aku mencintaimu, menyayangimu
Sepenuh hatiku..
Manis manis manis sekali senyummu itu
Sayang, tetaplah tersenyum karena senyummu adalah hidupku

"Tuhkannn, kan udh di bilang gag boleh nangis, sesak nih dada aku."
"Aku menangis senang tauu.. Bukan sedihhh.. Makasih yah.. Bagus.."
"Huuuu.. Makasih doang? Peluknya don gggg!"
Dan kami menghabiskan malam sebelum jam tidur di bunyikan. Betapa bahagianya aku, segala penat, segala sakit, segala beban terasa sirna ketika Sam memelukku.

Sepanjang jalan pulang dari tempat Sam, aku bertemu seseorang yang sangat familiar. Seperti aku mengenalnya, namun siapa?
"Cinta!!!!!" seru orang itu semangat
"M-a-m-i?"
"Yaaa, mana Sam?"
"Sam.. Mmmmm.. Ada apa mami mencari Sam?"
"Dia anakku, pantaskah kau menanyakan itu?"
"Mak.. Sud.. Cinta, mengapa baru sekarang mami mencarinya?"
"Ya.. Karena mami kangen.. Mana Sam?"
"Dia di tempat rehab mi, mami sudah tau sebelumnya bukan?"
"Ya, semua karena kamu! Coba Sam tidak pacaran dengan kamu! Sam tak akan seperti ini!"
"Haha.. Iyahh, karena aku.. Karena aku mengasihinya.. Udah puas mami? Sudah larut, cinta harus pulang."
"Sebentar, dimana kamu tinggal?"
"Apa penting bagi mami menanyakan di mana tempat tinggal orang yang membuat Sam seperti ini?"
Aku meninggalkan mami begitu saja, sakit memang. Di tuduh seperti itu, tapi aku tahu mami. Mami tidak mau di salahkan, yahh hasilnya aku yang kena tuduh. Dari dulu, mami tak suka dengan aku, karena Sam selalu menghabiskan waktunya denganku. Aku masih bingung, mengapa mami mencarinya? Kenapa baru sekarang?

Keesokan harinya, ketika aku hendak pergi bekerja. Suster memberitahu aku kalau ada seseorang menungguku di luar. Siapa? Siapa yang tahu aku di sini? Dari jauh aku melihat tubuh ramping seorang perempuan, ya.. Kau tahu.. Dia mami..
"Ada apa mami?"
"Sopankah kamu menanyakan ini kepada mertuamu sendiri?"
"Yaa.. To the point ajah mi.. Saya sudah telat bekerja."
Aku membawa mami ke taman sebelah gereja, dan mami mulai berbicara, yang intinya mami menyuruhku menjauh dari Sam, dengan iming-iming akan membayar semua biaya tagihan-tagihan rehab. Mami tahu, kalau hidupku susah, untung saja aku di terima untuk tinggal di gereja. Aku menolak, jelas aku menolak. Aku masih bisa mencari uang untuk biaya Sam, aku tak akan membiarkan orang yang aku kasihi menderita lagi, walaupun dengan orangtua kandungnya sendiri.

Namun, tak semudah itu. Ketika aku ingin menemui Sam dan ingin membayar sebagian tagihan rehab. Aku mengalami kecelakaan. Aku menjadi korban tabrak lari, ya. Sempat aku gag sadarkan diri, untung ada orang sekitarku yang membawa aku ke rumah sakit. Uangku habis, dan aku mempunyai utang yang cukup besar kepada rumah sakit. Karena kecelakaan itu, ada masalah di kakiku, dan aku di haruskan operasi kecil. Dan walaupun itu operasi kecil, bagiku tetap biaya yang besar.

Aku bingung, aku harus membayar tagih-tagihan tempat Sam. Tapi aku masih harus istirahat, dan belum bisa berjalan. Jika tagihan itu tidak di bayar, Sam terancam di keluarkan. Sedangkan aku tahu, Sam belum begitu sembuh total. Bagaimana bila akhirnya dia kembali menjadi pecandu? Aku menghubungi kak Gladish, namun ternyata kakak dan mas Bram sedang pergi honeymoon keluar negri. Aku ingin meminta bantuan pada pihak gereja, namun mereka sudah membantu meringankan biaya selama aku di rumah sakit.

Ini, adalah surat panggilan ke 5. Dan aku masih belum bisa berjalan jauh. Aku pasrah, dan tiba-tiba melihat kartu nama mami. Aku berdoa kepada Tuhan, yaa Tuhan.. Haruskah aku menyerahkan Sam kepada mami?? Akhirnya, dengan berat hati aku menghubungi mami, dan semuanya mulai berubah.

True love #Part 3

Pagi ini kakakku datang berkunjung, ke kontrakan kecilku. Ya, terakhir kami bertemu aku memberikan alamat tempat aku dan Sam tinggal. Aku malu, sangat malu. Kakakku datang di saat yang tidak tepat, tak ada makanan yang dapat aku suguhkan hanya air putih yang baru matang dan masih berada di atas kompor. Itupun masih panas. Kakakku tahu, bahwa kondisiku sekarang kurang baik. Beliau mengajakku keluar mencari makan sebentar.

Kakakku Gladish, dia satu-satunya orang yang mengerti aku, dari aku masih kecil sampai sekarang, hanya kakakkulah yang mengerti mengapa sampai sekarang aku masih mempertahankan Sam. Kakakku adalah sarjana lulusan Psikologi. Dahulu, aku pernah bilang kepada kakak kalau aku ingin menjadi orang pertama yang konsultasi kepada kakak. Namun, sejak kejadian Ayahku mengusirku, aku tak berani untuk menunjukan batang hidungku, sampai kakak menikah dengan mas Bram, pujaan hatinya. Aku menceritakan semuanya kepada kakak, setelah kakak menanyakan mengapa pipiku agak memar. Kakak menangis, setelah aku menceritakan semuanya. Kakakku seperti merasakan setiap kejadian-kejadian yang telah aku alami. Aku sedih, ketika aku menanyakan kabar kedua orangtuaku. Bundaku, wanita yang paling aku kasihi terkena struk karena bunda tak siap kehilangan aku, karena bunda selalu memikirkan dan mencari aku, semua karena aku.
"Cin, sebaiknya kamu bawa Sam ke tempat rehabilitasi. Kakak khawatir dengan kondisi kalian."
"Tapi kak, tempat itu mahal. Darimana, aku bisa mendapatkan uang."
"Teman kakak ada yang membuka tempat rehabilitasi, mungkin bisa meringankan biaya Sam, dan seandainya kamu butuh bantuan kakak, kakak siap yah cin."
Aku terdiam, Aku tahu, semurah-murahnya tempat rehabilitasi. Aku tetap takan mampu untuk membayarnya. Terlalu mahal, dan tidak hanya 1hari ato 2hari saja namun bisa 1tahun bahkan bertahun-tahun. apalagi, melihat kondisi Sam yang begitu memperhatinkan.

Sampai suatu ketika, setelah aku pulang dari pekerjaan baruku yang adalah pencuci mobil. Aku mendapatkan tubuh Sam tergeletak di lantai dengan pisau di tangannya, dan darahnya bercucuran. Aku panik, lekas membawanya ke puskesmas dekat kontrakanku. Untung aku membuat kartu puskesmas, yang bisa aku pakai kapan ajah untuk berobat gratis di sana. Aku gag kuat, kalau harus melihat hidup Sam yang selalu menderita. Aku memutuskan, untuk memasukan dia ke tempat rehabilitasi teman kakakku. Awalnya Sam meronta, Sam seperti anak kecil yang memelas dan memohon kepadaku untuk tidak meninggalkannya di sana sendirian. Tapi, apa dayaku? Semua ku lakukan, hanya untuk Sam.

Karena, aku benar-benar tidak mempunyai uang. Saat pemilik Kontrakan menagih uang yang telah lama aku tunggak, akhirnya pun tak aku perpanjang dan aku memilih untuk pergi dan membawa sedikit barang-barang yang layak aku bawa. Aku mencari tempat tinggal, dan sampai pada suatu malam aku terpaksa tidur di emperan toko dengan kardus-kardus yang tergeletak di sana. Aku pikir ini hanya ada di film-film yang biasa aku tonton, yang biasa menggambarkan kehidupan seseorang yang hidup dalam kemiskinan. Ternyata ini kenyataan, banyak mereka yang tidur di sana, aku gag sendiri. Malam itu, Aku gag bisa tidur. Karena aku memikirkan keadaan Sam di rehab. Tiba-tiba seorang pria mendekatiku, dan bertanya harga satu malam tidur denganku berapa. Aku takut, aku trauma dengan kejadian majikanku memperkosaku dengan kasar. Aku berlari, berlari sekuat tenaga, awalnya pria itu mengejarku, namun akhirnya dia berhenti dan membiarkan aku pergi. Aku terus berlari, sampai aku mendapati sebuah bangunan gereja khatolik tua. Aku masuk, dan aku tertidur di sana.

Ketika pagi menjelang, aku tahu kehidupanku baru saja aku mulai. Aku mendapatkan seorang biarawati yang tersenyum melihatku membuka mata. Aku gag tahu, sejak kapan dia menungguku di sini.
"Ehhh, suster.. Maaf sus.. Saya tertidur di sini. saya akan segera keluar."
"Tidak apa-apa, kamu tunggulah di sini. Di mana kamu tinggal?" Tanya suster dengan lemah lembut.
"Sayaaa.. Emmm.. Saya tidak mempunyai tempat tinggal" tak terasa airmataku mengalir di pipiku.
"Ohh, begitu.. Okelah.. Romo ingin menemui kamu. Kamu masuk saja ke tempat itu." Menujukan suatu ruangan yang berada di sudut ruangan gereja terebut.
"Baik, suster."
Entah apa, yang hendak Romo bicarakan kepadaku.

Aku memasuki ruangan yang di tunjukan oleh suster tadi, aku tertegun sejenak mendapatkan barang-barang antik yang mengingatkan aku kepada Ayahku yang mengoleksi berbagai barang-barang antik di rumahku, ada perasaan pahit ketika aku mengingatnya. Setelah aku masuk, aku mendapati seorang pria tua dengan rambut yang hampir semua putih dan mengenakan kacamata baca tersenyum ke arahku. Awalnya aku sungkan untuk bercerita semua masalahku, namun Tuhan mendorongku untuk bercerita secara perlahan-lahan. Aku menangis, ketika menceritakan semuanya. Dan tiba-tiba aku teringat Sam, aku harus rutin membayar uang tempat di mana Sam di rawat.
"Romo, apa aku boleh tinggal di sini? Aku tidak mempunyai tempat tinggal, masih banyak hal yang harus aku kerjakan untuk membayar semua tagihan-tagihan suamiku."
"Baik, kamu bisa tinggal di kamar para suster, tidak keberatan bukan?"
"Tentu saja tidak. Aku benar-benar berterima kasih, Romo"

Mulai hari ini, aku menjadi salah satu bagian keluarga gereja ini. Aku rajin berdoa, aku membantu para suster membuat makanan dan setelah itu aku mencari pekerjaan. Aku mendapat pekerjaan baru, yaitu menjadi buruh pabrik. Lumayan, gajiku cukup untuk membayar tagih-tagihan rehab Sam tinggal.

Aku kangen sekali kepada Sam, aku berniat menjenguknya. Dan dia pun menyambutku dengan pelukan hangatnya, dia menangis, dia mengeluh, karena tidak ada aku di sampingnya. Aku menyuapkan makanan yang tadi aku belikan khusus untuk Sam. Aku bercerita, tentang kehidupan di gereja. Aku tahu, sedikit membuat Sam terhibur, ketika hari sudah mulai gelap aku menciumnya dan mengucapkan selamat tinggal. Awalnya, dia menggengamku dengan kuat. Namun, aku berjanji untuk sering menjenguknya dan membawakan gitar untuk bisa dia mainkan di sini. Akhirnyapun dia mengerti, dan membiarkan aku pergi.

True love #Part 2

Aku sedih, aku takut, aku keguguran. Karena Sam khilaf memukuliku teralu keras. Aku pendarahan, dan akhirnya aku harus merelakan kehilangan bayiku.
"Maafin aku sayang, aku bener-bener gag bisa jadi bapak yang baik."
"....."
"Sayang, aku janji gag akan mukul kamu lagi. Aku janji gag bakal make lagi, tapi plissss.. Kamu jangan diam trus."
"Ga, gaaa paaa paa.. Mungkin emang kita belum bisa jadi orangtua yang baik, makanya Tuhan nyabut nyawa anak kita."
"Semua gara-gara aku, aku gag bisa jadi bapak yang baik!"
"Gaa.. Jng begitu, aku sayang kamu. Bukan salah kamu sayanggg (hiks)."
"Aku janji yah sayang, aku bakal buktiin kalo aku bisa berubah."
"Makasih sayang"

Aku bingung, harus kemana lagi aku mendapatkan uang. Aku tak bisa pergi lama-lama meninggalkan suamiku yang tak berdaya di rumah. Perhiasanku telah ku jual, untuk membayar tagihan kontrakan. kami benar-benar tidak punya apa pun. Aku mencoba mencari bantuan ke sana ke mari, namun NIHIL. Aku berdoa kepada Tuhan, aku benar-benar pasrah akan hidupku. Aku kehilangan bayiku, aku kehilangan masa mudaku, sempat aku berniat untuk mengakhiri hidupku, namun aku memikirkan Sam. Bagaimana Sam nanti. Aku terpaksa datang kerumah kakak ku, aku meminta belas kasihan, karena hubungan kami begitu akrab, beliau memberikan uang untuk aku dan sam makan.

Sam mengingkari janjinya, dia menemukan tempat di mana aku menyembunyikan uang selama ini, uang itu di pakainya untuk membeli obat jahanam itu lagi. Dan aku marah, pertama kalinya aku marah kepada Sam.
"Sayang, aku gag kuat kalo gag pake obat itu, kamu maklum dong."
"Aku kecewa sama kamu"
"Sayang, koq gitu. Maafin aku, tapi aku bener-bener gag kuat.. Aku gag tahan sayangggggg."
"Kamu udah janji, tapi kamu ingkar!"
"Aku minta maaf, aku bner-bener gag tahan"
"Kita gag punya uang lagi, aku mati-matian nyari pinjaman, apa kamu pernah mikir?"
"Aku minta maaf"
"Aku gag tau harus bagaimana."
"Kamu jangan nangis, aku minta maaf sayangggg."

Baru pertama kalinya aku dan Sam makan kerak nasi yang di taruh tetanggaku untuk makanan ayam-ayamnya. Apa boleh buat? Aku gag punya pilihan lain. Aku dan sam sudah 3hari belum makan, kami puasa semenjak kejadian pertengkaran hebat kami. Aku malu, kalau harus meminjam uang kakakku terus, akhirnya aku memutuskan untuk mencari pekerjaan. Aku menjadi tukang cuci baju, ya lumayan 1 hari aku mendapatkan 5000 rupiah. Aku menyisihkan uang 1000 untuk jaga-jaga, betapa berharganya bagiku uang 5000, dulu selagi aku sekolah aku membuang-buang uang 5000 dan tak menganggap itu penting. Setiap hari, aku giat mencari cucian-cucian baju, dari rumah ke rumah. Namun, aku rasa ini tidak cukup. Untuk beli beraspun tidak mungkin. Akhirnya aku melamar, menjadi pembantu rumah tangga, awalnya berjalan dengan mulus. Aku dan sam bisa makan daging ayam, untuk pertama kalinya setelah hidup 1 1/2 tahun bersama. Namun, aku sering di goda oleh majikan ku. Namun aku menolak. Sampai suatu ketika, di saat rumah sepi dan aku sedang mencuci baju di kamar mandi, majikanku datang dan mengodaku, awalnya aku menolak. Namun, tenaganya begitu keras, aku di perkosa, yaaa.. Aku di perkosa oleh majikanku sendiri. Aku keluar, aku benar-benar menjadi seorang wanita hina. Aku menangis, aku memeluk Sam. Namun, tak aku ceritakan kisah yang telah aku alami. Aku takut, Sam semakin menderita. Dengan sisa uang, hasil kerjaku. Aku merawat Sam, dan ketika dia mulai sakaw, dia memukuliku habis-habisan. Aku merasakan, sakit di perutku seperti aku pendarahan dulu. Apa, apakah aku hamil? Aku hamil anak majikanku? Aku berlari ke kamar mandi, dan aku merasakan sebongkah daging keluar dari rahimku, ya untuk ke dua kalinya aku ke guguran. Aku menangis, kenapa hidupku semalang ini?

True love #Part 1

"Sayanggg.. Happy valentine day"
"......."
"Sayang, koq diem? Kamu knp? Sakit? Koq pucet?"
"Aaaakkkkuuuu....."
"Ya, kamu kenapa??"
"Aaakuuu, hamil"
"Apa????!!!!!"

Namaku Cinta, aku seorang pelajar yang masih duduk di bangku SMA di sekolah A. Aku di keluarkan dari sekolah karena aku hamil, karena berhubungan dengan pacarku yang bernama Sam. Kejadian waktu itu berlangsung sangat cepat, dan tak bisa aku cegah. Karena Sam memaksaku. Sekarang aku tinggal di sebuah kontrakan kecil bersama suamiku Sam. Kami di usir oleh kedua orangtua kami, karena telah mencoreng nama baik mereka.

Kami (aku dan Sam) hidup serba pas-pasan, karena kami bergantung penuh dengan semua tabungan yang kami punya. Namun, terkadang kami harus rela tidak makan hanya untuk membeli barang jahanam yang sudah mendarah daging di hidup Sam. Narkoba!

Awalnya, Sam bukan seorang pecandu. Dia di besarkan oleh kelurga yang kaya raya. Dari kecil, Sam sudah terbiasa hidup mewah. Sam juga satu-satunya pria yang aku cintai. Dia pintar, dia tampan, dia jago dalam hal bermusik dan olahraga. Namun, hal itu menjadi sia-sia ketika Sam menyentuh barang jahanam itu. Aku mengenal Sam sejak dulu, Sam seringkali mengeluh kepadaku, karena kedua orangtuanya selalu sibuk dengan urusan mereka sendiri, sampai pada akhirnya mereka bercerai karena perbedaan pendapat diantara mereka. Sejak saat itu, Sam menyentuh barang jahanam itu! Dan sampai sekarang menjadi bagian hidupnya.

Aku, seorang kapten cheers di sekolah ku. Aku menjadi salah satu Top Girl di sekolah, karena banyak yang bilang aku menarik. Mungkin, dari situ Sam menyukaiku. Aku hidup di keluarga yang berlatar belakang baik sangat baik, kedua orangtuaku pendeta di salah satu gereja di daerah rumahku. Aku di didik sedemikian baik, sampai aku tak rela meninggalkan Sam sendirian. Aku di usir dari rumah, karena aku mengakui bahwa aku telah hamil. Walaupun mereka pendeta sekalipun, mereka sangat terpukul dan Ayahku yang sangat keras mengusirku karena mengetahui aku lebih memilih Sam yang adalah seorang pecandu. Akupun tidak pernah menginginkan ini terjadi. Kejadian itu berlangsung sangat cepat, di saat Sam sedang terlena oleh obat jahanam itu dan aku sedang asik membaca novel di kamarnya. Tiba-tiba Sam memaksaku, karena pengaruh obat itu sangatlah besar, akupun menyerah dan terjadilah semuanya.

Aku mengasihi Sam, dan perasaan ini menjadi lebih kuat ketika aku hidup bersamanya dalam 1 rumah, walaupun hidup kami serba pas-pasan. Ya, aku pikir semuanya akan baik-baik saja, karena ku pikir uang tabungan kami cukup banyak, namun aku melupakan hal satu ini. Lupa kalau suamiku adalah pecandu aktif. Hidupku berubah, ketika aku terpaksa tidak membelikan obat itu kepada suamiku, karena uang di tabungan nyaris habis. Awalnya Sam hanya tersenyum, namun ketika dia mulai sakaw. Sam sangat menderita, dan memohon-mohon kepadaku untuk membelinya. Awalnya aku menolak. Namun, ketika Sam mulai memukuliku dan memaksaku membeli obat itu, akhirnya aku pun mengalah. Aku terlalu mengasihinya, bukan karena aku yang tak kuat dia pukuli, tapi karena aku tak kuat hati melihat betapa Sam menderita.

6bulan berlangsung begitu cepat, perutku pun semakin besar dan sekarang uang di tabungan kami habis. Tidak ada 1 rupiahpun yang tersisa. Dan aku bertekad, untuk membantu Sam berhenti menjadi seorang pecandu. Setiap hari aku menangis, melihat Sam menderita, ketika dia mulai sakaw, aku rela di pukuli habis-habisan karena sudah menjadi kebiasaanya, dan setelah dia puas memukuliku, aku selalu memeluk dan menciumnya. Apakah ini cinta? Ya, aku begitu mengasihinya.
"Sayangggg.. Kamu sayangkan sama aku?? Koq kamu tega sih??"
"Ya, aku sayang sama kamu. Tahan yah sayang."
"Sayaanggg, aku udah gag tahannnn.. Sakittttt"
"(Hiks) ya sayang, tahaan yahhh."
"Sayangggg, koq kamu tega sihhh?beliin akuu.. Kali ini ajah, sakiiitttt"
"Sayang, maaf.. Aku gag bisa, tahan yahhhh"
Aku selalu menangis, ketika melihat Sam menderita karena sakitnya itu. Betapa malangnya dia, aku selalu memeluknya, berharap bisa meringankan sakitnya.